Oleh: Muh. Nurfadli
Syahadat on the road - Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi pandangan filsafat dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama. Sangking bebasnya pemahaman ini mengejewantah dalam persetujuan individu. Misal dalam Ideologi Liberalisme ada 3 hal yang mendasar yakni Kehidupan, Kebebasan, dan Hak Milik (Life, Liberty, and Property) dan salah satu nilai-nilai pokoknya adalah “The Emphasis of Individual”, Yang menjadi pemusatan kepentingan adalah individu (Suatu Studi Ilmu Politik, Sukarna, 1981). Maka individu adalah batas penerapan hukum. Kira-kira sistem pemerintah mana yang semua individu merasa sesuai dengan hukum yang ada?? Gak ada kayaknya. Setiap pemerintah mengeluarkan peraturan maka ia langsung bersifat mengikat untuk semua hak individu. Maka pusat kepentingan adalah individu merupakan hal yang absurd dari para pendukun Liberalisme.
Syahadat on the road - Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi pandangan filsafat dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama. Sangking bebasnya pemahaman ini mengejewantah dalam persetujuan individu. Misal dalam Ideologi Liberalisme ada 3 hal yang mendasar yakni Kehidupan, Kebebasan, dan Hak Milik (Life, Liberty, and Property) dan salah satu nilai-nilai pokoknya adalah “The Emphasis of Individual”, Yang menjadi pemusatan kepentingan adalah individu (Suatu Studi Ilmu Politik, Sukarna, 1981). Maka individu adalah batas penerapan hukum. Kira-kira sistem pemerintah mana yang semua individu merasa sesuai dengan hukum yang ada?? Gak ada kayaknya. Setiap pemerintah mengeluarkan peraturan maka ia langsung bersifat mengikat untuk semua hak individu. Maka pusat kepentingan adalah individu merupakan hal yang absurd dari para pendukun Liberalisme.
Dapat dikatakan
bahwa Liberalisme lahir dari sebuah paham “relativisme” atau serba
relatif. Sebagai gambaran betapa naifnya sistem liberal ini, saya contohkan
sebagai berikut:
Seorang pemuda
tengah membawa gadis yang merupakan calon istrinya (inget!! Masih calon ya) nah
karena ia tidak tahan akan gejolak nafsunya maka ia ingin sekali “berzina”
dengan si gadis tersebut. Namun ia juga ingin meminta pendapat terhadap
beberapa orang. Akhirnya bertemulah ia
dengan 3 orang yang berasal dari Jawa, Cina, dan Amerika Serikat. Bertanyalah pada
seseorang dari jawa.
Pemuda : “Mas, ini
calon istri saya dan saya mau “berzina” dengan dia. Menurut mas gimana?”
Jawa: “wah mas,
tabu itu. Jangan dibicarain disini.”
Pemuda : “oo gitu
mas?? Yaudah deh makasih ya mas”
Lalu ia bertemu
dengan seorang Tionghoa..
Pemuda : “Engko, ini calon istri saya dan saya mau “berzina” dengan dia. Menurut Ko gimana?”
Pemuda : “Engko, ini calon istri saya dan saya mau “berzina” dengan dia. Menurut Ko gimana?”
Cina : “Gak papa,
asal ntar punya anak 1 aja ya..”
Pemuda : “oke,
makasih sarannya”
Lalu ia bertemu dengan seorang
berkebangsaan Amerika Serikat.
Pemuda : “Mister,
ini calon istri saya dan saya mau “berzina” dengan dia. Menurut Mister gimana?
Mister: “Wiuh, Gak
papa Bagus itu. Tapi jangan lupa pake pengaman ya??”
Tiga jawaban yang
berbeda dari tiga orang yang berbeda pula. Ini menyebabkan si pemuda menemukan
banyak jawaban benar yang bersifat “relatif”.
Benar menurut yang menuturkan. Dan kebenaran tergantung dari akal yang
berbicara.
Di sinilah letak naifnya liberalisme. Ia bukan kebenaran yang hakiki. Ia hanya seonggok filsafat dari rendahnya nilai harga diri. Maka sesungguhnya para penganut paham liberalisme tidak akan menemukan kebenaran. Karena kebenaran dalm liberalisme itu berpindah-pindah. Ia semakin kebingungan “mengejar” kebenaran yang semakin jauh. Nah itulah, kenapa kita sering melihat kaum liberal ini rada “angong” dan kebingungan sendiri. Karena mereka sendiri gak tau apa itu kebenaran.
Di sinilah letak naifnya liberalisme. Ia bukan kebenaran yang hakiki. Ia hanya seonggok filsafat dari rendahnya nilai harga diri. Maka sesungguhnya para penganut paham liberalisme tidak akan menemukan kebenaran. Karena kebenaran dalm liberalisme itu berpindah-pindah. Ia semakin kebingungan “mengejar” kebenaran yang semakin jauh. Nah itulah, kenapa kita sering melihat kaum liberal ini rada “angong” dan kebingungan sendiri. Karena mereka sendiri gak tau apa itu kebenaran.
Nah lain halnya
dengan orang yang memegang Islam sebagai konsep hidup. Dan tidak menjadikan
liberal sebagai konsep hidupnya. Kalau ia menemukan pemuda yang ingin berzina
dengan seorang gadis calon istrinya, maka semua muslim dari seluruh bangsa,
ras, warna kulit yang berbeda akan
menyatakan satu jawaban. TIDAK BOLEH, HAL TERSEBUT HARAM. Karena Islam merupakan
kebenaran yang hakiki. Yakni kebenaran yang sudah tertancap kuat dan telah
mengakar. Ia kebenaran yang tak perlu dikejar-kejar. Ia cukup didatangi, dan
kita telah berada pada lingkaran kebenaran.
Oleh karena itu,
setiap dari diri kita wajib melindungi diri dari pikiran Liberal. Melindungi keluarga
kitadari konsep pemikiran seperti ini. Karena bila dibiarkan, hal ini akan
menjadikan generasi penerus kita sebagai generasi yang “LEMAH BERAGAMA”. Ia tak
bangga dengan agamanya. Dan berakhir pada rusaknya Moral bangsa karena semua
hal menjadi Boleh. Bahkan Pelacuran pun menjadi Legal dan Lumrah, bahkan
bisa
jadi ia berubah menjadi sebuah kebutuhan (na’udzubillah).
Pengen kira-kira
kalo pikiran kita LIBERAL kayak gitu??
kalo pengen maka.......SELAMAT KEBINGUNGAN aja deh..
kalo pengen maka.......SELAMAT KEBINGUNGAN aja deh..
by: muhammadnurfadli