Senin, 24 Desember 2012

Cinta Sampai Akhirat

oleh: Muh. Nurfadli

Dari Anas ra., sesungguhnya ada seorang Badui bertanya kepada Rasulullah SAW: “Kapankah hari kiamat?” Rasulullah SAW balik bertanya: “Bekal apa yang telah kau siapkan untuk menghadapinya?” Ia menjawab: “Aku tidak mempersiapkannya dengan banyak shaum ataupun sedekah, tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Beliau bersabda: “Kamu akan bersama-sama dengan orang yang kamu cintai (nanti di akhirat)” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syahadat on the road - Setelah membolak-balik kitab Riyadush Shalihin, saya menemukan hadist ini. Hadist yang sudah sangat familiar bagi kita. Namun saya yakin, kita hanya mengetahui penggalan terakhirnya saja. Yakni ketika Beliau SAW bersabda “Kamu akan bersama-sama dengan orang yang kamu cintai (nanti di akhirat)”. Tapi itu tidak mengurangi muatan dari maksud hadist yang ingin disampaikan, jadi sah-sah saja.

Seketika saya berfikir. Dialog yang terjadi di sini merupakan dialog yang menarik. Dialog antara seorang Nabi dan seorang arab Badui. Dalam dialog tersebut seorang arab Badui datang kepada Rasulullah dengan membawa pertanyaan besar. Sebuah pertanyaan tentang hari kiamat. Pertanyaan retoris sebenarnya, karena memang hanya Allah yang tahu kapan kiamat terjadi. Tapi, begitulah perangai Rasulullah SAW. Ia tidak akan menyia-nyiakan siapapun yang ingin berinteraksi dengan Islam. Meskipun itu seorang arab Badui. Untuk kalangan Badui, pertanyaan tadi memang pertanyaan yang besar. Dalam menyikapinya Rasul tidak serta merta mengatakan jawaban sebenarnya, karena Rasulullah SAW tahu apa yang sebenarnya dibuthkan oleh si arab Badui tadi. Rasulullah justru balik bertanya, “Bekal apa yang telah kau siapkan untuk menghadapinya?”. Pertanyaan ini dijawab dengan polos dan apa adanya oleh sang arab Badui tadi. Ia mengatakan, “Aku tidak mempersiapkannya dengan banyak shaum ataupun sedekah, tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya”. 

Kata-kata yang membuat keimanan ini bangkit adalah perkataan si arab Badui “...tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya”. Kita tidak mengetahui seberapa kecintaan arab Badui tadi kepada Allah dan Rasulullah SAW. Tapi ia mampu mengucapkannya degan jujur di hadapan Rasulullah. Dan Rasul SAW menjanjikan kepadanya -juga kepada kita semua- bahwa, “Kamu akan bersama-sama dengan orang yang kamu cintai (nanti di akhirat)”. Sebuah janji yang melegakan. Kita sebenarnya patut berterima kasih kepada si arab Badui ini atas dialog singkat dengan Rasulullah. Dengan dialog tersebut kita mendapat sebuah janji yang membuat harapan indah di akhirat kelak.

Pada intinya adalah sudah sejauh mana cinta kita kepada Allah dan Rasulullah SAW. Sudah patutkah aktivitas kita sehari hari memberikan kita predikat cinta kepada Allah. Apakah kita telah memberikan ciri-ciri yang mencintai kepada yang dicinta? Sungguh sangat besar persoalan ini. Karena seperti yang dikatakan oleh si Badui “Aku tidak mempersiapkannya dengan banyak shaum ataupun sedekah”, mungkin seperti itu juga diri kita. Tak banyak amalan amalan yang mampu dijadikan amalan unggulan dihadapan Allah. Namun dari sekian banyak kelemahan amal kita, jangan sampai yang terakhir ini hilang dari diri kita. Jangan sampai rasa cinta kita pada Allah dan Rasulullah SAW hilang. Jangan sampai lemahnya amal kita membawa pada kita membenci Allah dan Rasul-Nya. Selemah-lemahnya kita, rasa cinta itu harus tetap ada. Karena apalagi yang akan kita nantikan selain berkumpulnya kita bersama Rasulullah SAW dan para sahabatnya di akhirat nanti  lantaran kita kecintaan kita pada Rasulullah SAW.

Cintailah Allah setahap demi setahap. Cintailah Rasulullah SAW sedikit demi sedikit. Cintailah keduanya dengan isqomah. Maka kita akan berkumpul dengan cinta terkasih di hari yang kita sangat butuh bantuan sang dicinta. Semoga kita mendapat rahmat. 

Jum’at, 21 Desember 2012




Jangan Lupa Komennya ya..!!! ^^