Syahadat on the road - Dinginnya
malam tak membuat beku dirinya, pekatnya malam tak membuat redup rasa
keberaniannya. Kesendiriannya seakan selalu mendapat ketidakpedulian
orang-orang disekitarnya. Hadirnya mengundang gelak tawa, diamnya juga sering menjadi
bahan tertawaan, demikianpun perginya terkadang ada yang mensyukuri dan tetap
menyisakan seonggok tawa menghiasi wajah orang-orang yang ada di dekatnya.
Terkadang ia merasa jengkel atau kesal, dan menjadi tidak bisa bergerak.
Kesalnya ia selalu menarik simpati sekeliling untuk ikut membantu dirinya untuk
bergerak. Seringnya ia ditempatkan diluar pun tak menggoyahkan kesetiannya. Ya,
tubuh yang sudah terlihat lusuh seperti tidak terawat lagi itu bukan lantaran
tidak pernah diperhatikan, mungkin telah rentanya ia menjalani kehidupannya.
Tak hanya itu, tubuh yang besar itu menjadi salah satu factor kenapa ia selalu
dijadikan bahan tertawaan. Ah, pokoknya begitu sulit dibuat gambaran yang jelas
dan lengkap tentang yang satu ini. VESPA begitu orang-orang lain mengenal
dirinya. Sering dianggap menjadi motor antik, yang merupakan icon
ke-perlente-an masyarakat tahun 60-an. Kini ia bertahan, 1978 ia di lahirkan,
dan tetap bertahan. Menemani seluruh perjuangan sang majikan, mengantar tanpa
kekal lelah. Mungkin ia telah begitu banyak berpartisipasi dalam urusan-urusan
dakwah. Semoga Allah memberikan kepadanya kesehatan. Amin
Begitu banyak
keceriaan, kesedihan, dan mungkin ketakutan yang ia alami bersama sang majikan.
Tak ayal, banyak orang yang mungkin telah mengenal dirinya. Sering,
ketidakhadirannya membuat orang bertanya kemana ia, kenapa tidak dibawa. Rasa
kangen atau rasa ingin menjadikan bahan tertawaan. Tapi itulah ia, tetap
bergerak dan terus bergerak. Namun sekarang, sedikitnya uang makan yang ia peroleh
membuatnya jarang bepergian, jarang menemani aktivitas mulia sang majikan.
Tubuhnya lemas, tak ada yang harus dibakar dalam tubuhnya untuk menghasilkan
sebuah energi yang mampu menggerakan dirinya. Sehingga, terkadang ada seseorang
yang ingin meminta bantuan untuk diantar, ia menolak, bukan lantaran benci,
rasa dengki, malas, atau sebagainya (orang bilang sebagai alasan). Bukan, bukan
itu. Ia hanya tidak ingin orang yang dibantunya merasa terbebani, karena
tenaganya yang tidak cukup kuat untuk mengantarkan sampai tujuan. Ia tak enak
hati untuk membebani, apabila yang meminta bantuan berbalik membantu untuk
mendorong dirinya agar bergerak. Mungkin hanya rasa maaf yang sedalam-dalamnya,
dari dirinya kepada semua yang telah ditolak ketika meminta batuan.
Mungkin hanya
itu yang dapat dirinya lakukan, baik bagi sang majikan, maupun kepada semua
orang. Rasanya hati ingin menangis sekencang-kencangnya ketika ada urusan
dakwah yang telah dilewatkan darinya karena lemahnya ia. Dan kini ia telah
mengazzamkan dirinya sebagai perantara urusan dakwah. Bergerak semampunya ia.
karena Rasul juga mengajarkan utuk menjalankan agama ini sesuai kemampuan kita.
Perjalanannya
selama inilah yang sang majikan harapkan menjadi saksi atas segala apa yang
telah dilakukan. Menjadi saksi untuk semua amal kebaikan yang telah sang
majikan lakukan. Andai aku dapat berbicara denganmu, ingin sekali kutanya
“bagaimana kabarmu?”, “kesehatanmu?”, “apa yang kau inginkan?”. Tapi, ia hanya
sebuah skuter. Yang ingin menjadi saksi di setiap perjuangan dakwah. Yang
selama ini telah ia tunjukan. Yang selama ini ia jalankan. Dan kini menjadi
bukti akan sebuah REALITA CINTA SEBUAH VESPA.
muhammad nurfadli - 2008