Senin, 11 Februari 2013

Realita Cinta Sebuah Vespa



Syahadat on the road - Dinginnya malam tak membuat beku dirinya, pekatnya malam tak membuat redup rasa keberaniannya. Kesendiriannya seakan selalu mendapat ketidakpedulian orang-orang disekitarnya. Hadirnya mengundang gelak tawa, diamnya juga sering menjadi bahan tertawaan, demikianpun perginya terkadang ada yang mensyukuri dan tetap menyisakan seonggok tawa menghiasi wajah orang-orang yang ada di dekatnya. Terkadang ia merasa jengkel atau kesal, dan menjadi tidak bisa bergerak.

Kesalnya ia selalu menarik simpati sekeliling untuk ikut membantu dirinya untuk bergerak. Seringnya ia ditempatkan diluar pun tak menggoyahkan kesetiannya. Ya, tubuh yang sudah terlihat lusuh seperti tidak terawat lagi itu bukan lantaran tidak pernah diperhatikan, mungkin telah rentanya ia menjalani kehidupannya. Tak hanya itu, tubuh yang besar itu menjadi salah satu factor kenapa ia selalu dijadikan bahan tertawaan. Ah, pokoknya begitu sulit dibuat gambaran yang jelas dan lengkap tentang yang satu ini. VESPA begitu orang-orang lain mengenal dirinya. Sering dianggap menjadi motor antik, yang merupakan icon ke-perlente-an masyarakat tahun 60-an. Kini ia bertahan, 1978 ia di lahirkan, dan tetap bertahan. Menemani seluruh perjuangan sang majikan, mengantar tanpa kekal lelah. Mungkin ia telah begitu banyak berpartisipasi dalam urusan-urusan dakwah. Semoga Allah memberikan kepadanya kesehatan. Amin

Begitu banyak keceriaan, kesedihan, dan mungkin ketakutan yang ia alami bersama sang majikan. Tak ayal, banyak orang yang mungkin telah mengenal dirinya. Sering, ketidakhadirannya membuat orang bertanya kemana ia, kenapa tidak dibawa. Rasa kangen atau rasa ingin menjadikan bahan tertawaan. Tapi itulah ia, tetap bergerak dan terus bergerak. Namun sekarang, sedikitnya uang makan yang ia peroleh membuatnya jarang bepergian, jarang menemani aktivitas mulia sang majikan. Tubuhnya lemas, tak ada yang harus dibakar dalam tubuhnya untuk menghasilkan sebuah energi yang mampu menggerakan dirinya. Sehingga, terkadang ada seseorang yang ingin meminta bantuan untuk diantar, ia menolak, bukan lantaran benci, rasa dengki, malas, atau sebagainya (orang bilang sebagai alasan). Bukan, bukan itu. Ia hanya tidak ingin orang yang dibantunya merasa terbebani, karena tenaganya yang tidak cukup kuat untuk mengantarkan sampai tujuan. Ia tak enak hati untuk membebani, apabila yang meminta bantuan berbalik membantu untuk mendorong dirinya agar bergerak. Mungkin hanya rasa maaf yang sedalam-dalamnya, dari dirinya kepada semua yang telah ditolak ketika meminta batuan.

Mungkin hanya itu yang dapat dirinya lakukan, baik bagi sang majikan, maupun kepada semua orang. Rasanya hati ingin menangis sekencang-kencangnya ketika ada urusan dakwah yang telah dilewatkan darinya karena lemahnya ia. Dan kini ia telah mengazzamkan dirinya sebagai perantara urusan dakwah. Bergerak semampunya ia. karena Rasul juga mengajarkan utuk menjalankan agama ini sesuai kemampuan kita.

Perjalanannya selama inilah yang sang majikan harapkan menjadi saksi atas segala apa yang telah dilakukan. Menjadi saksi untuk semua amal kebaikan yang telah sang majikan lakukan. Andai aku dapat berbicara denganmu, ingin sekali kutanya “bagaimana kabarmu?”, “kesehatanmu?”, “apa yang kau inginkan?”. Tapi, ia hanya sebuah skuter. Yang ingin menjadi saksi di setiap perjuangan dakwah. Yang selama ini telah ia tunjukan. Yang selama ini ia jalankan. Dan kini menjadi bukti akan sebuah REALITA CINTA SEBUAH VESPA.

muhammad nurfadli - 2008




Jangan Lupa Komennya ya..!!! ^^