oleh: Muh. Nurfadli
Syahadat on the road - Pada setiap perubahan sebuah bangsa berawal dari pemudanya. Sedemikian signifikan peran pemuda dalam mewujudkan bangsa yang madani, Hasan Al Banna seorang ulama pergerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir mengatakan, “Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya”. Allah SWT berfirman tentang pemuda Al-Kahfi yang mempunyai tekad kuat dalam melakukan perbaikan, “Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk” (Al-Kahfi : 13). Demikianlah, sejarah banyak mencatat peran pemuda dalam setiap kegemilangannya.
Syahadat on the road - Pada setiap perubahan sebuah bangsa berawal dari pemudanya. Sedemikian signifikan peran pemuda dalam mewujudkan bangsa yang madani, Hasan Al Banna seorang ulama pergerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir mengatakan, “Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya”. Allah SWT berfirman tentang pemuda Al-Kahfi yang mempunyai tekad kuat dalam melakukan perbaikan, “Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk” (Al-Kahfi : 13). Demikianlah, sejarah banyak mencatat peran pemuda dalam setiap kegemilangannya.
Secara realita, pemuda itu sendiri merupakan sesosok manusia yang telah melewati masa remaja dalam usia di bawah 40 tahun. Hal yang membedakan antara remaja dan pemuda adalah pola pikir. Selama pola pikir belum terbentuk, maka predikat pemuda belum dapat dilekatkan pada diri seseorang. Pola pikir yang melekat pada seorang pemuda ini beragam bentuknya. Ia bisa berada dalam pola pikir yang positif maupun pola pikir negatif. Dan di sinilah letak masalah yang sesungguhnya. Ketika mayoritas pemuda dalam sebuah negeri banyak yang memelihara pola pikir negatif. Pola pikir yang hanya mementingkan dirinya pribadi. Pola pikir yang berorientasi pada kesenangan sesaat. Pola pikir yang didominasi oleh rasa egoisme. Sungguh dapat diterka masa depan dari sebuah bangsa bila mayoritas pemuda mengidap pola pikir seperti ini. Terpuruk tentunya.
Namun janji Allah
berkata lain. Dalam surat Ar-Ra’du ayat 11, Allah berfirman “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.
Semua keadaan tadi dapat dirubah. Menjadi lebih baik tentunya. Bagaimana??
Yakni dengan memulai saat mereka beranjak di usia remaja. Ketika ia masih dalam
status pelajar. Dalam usia remaja, semua hal akan dapat mudah diterima. Ia
bagai rumah yang terbuka untuk siapa saja yang ingin bertamu. Bila tamunya
dapat membuat nyaman dan senang sang tuan rumah maka ia akan menetap lebih
lama. Sang tamu bisa baik maupun buruk. Di sinilah letak solusi dari setiap
permasalahan masa depan bangsa. Berawal dari penanaman pola pikir positif dan
karakter positif di kalangan remaja dan pelajar.
Sehingga secara
tegas, tugas dunia pendidikan begitu penting dalam memainkan peran ini. Semua
hal tersebut secara mayoritas diemban pada sebuah institusi pendidikan. Dimana selama
7 (tujuh) –atau lebih- jam pelajar berada di dalamnya. Selayaknya sebuah
institusi pendidikan tak hanya menawarkan sebuah mekanisme pendidikan yang
bersifat kognitif saja, namun lebih
dari itu. Institusi pendidikan harus mampu menjadi wadah pengembangan pola
pikir positif dan karakter positif bagi setiap peserta didik yang berada di
dalamnya. Institusi juga harus mampu dalam menyiapkan tenaga-tenaga yang
mumpuni untuk merealisasikan tujuan tersebut. Institusi harus menyiapkan
guru-guru yang kompeten. Seorang guru yang tak hanya mengajar Metematika,
Ekonomi, Fisika, dan seabrek mata pelajaran lainnya. Namun mampu menanamkan
nilai-nilai positif lewat mata pelajaran yang ia sajikan.
Dan masalahnya, tak
semua guru sadar akan tugasnya tersebut. Terkadang ia lupa, ataupun tak cukup
waktu untuk menanamkan pola pikir positif untuk peserta didik disamping ia
harus menyampaikan teori dari mata pelajaran yang disajikan. Ketika ini terjadi
selayaknya institusi mengadakan cara lain. Salah satu contoh, Institusi pendidikan
dapat memainkan peran ekstrakulikuler sebagai wadah pengembangan pola pikir
positif dan karakter positif bagi siswa. Dan yang menjadi trend saat ini dalam penanaman pola pikir positif dan pengembangan
karakter positif adalah program Mentoring. Program yang secara khusus di design
untuk merealisasikan hal-hal tersebut. Dalam satu kelompok mentoring tak banyak
orang yang menjadi peserta didik, ini menjadikan mentoring secara fokus dapat
mengetahui perkembangan pola pikir dan karakter peserta didik.
Maka sebenarnya, sekolah-sekolah yang mengiginkan
alumnus terbaik yang mampu memaikan peran di dunia nasional serta mempunyai
pola pikir positif dan karakter positif harus mengambil langkah ini. Mengingat
program mentoring sudah menjadi kebutuhan dalam dunia pendidikan. Dan faktor
penentu masa depan sebuah bangsa lewat perubahan pola pikir dan karakter pemuda
menjadi lebih positif.
by : muh. nurfadli