Markas Theosofi Internasional di Adyar, Chennai, India |
Syahadat on the road - MAJALAH Pewarta Theosofi Boewat Tanah Hindia Nederland,
edisi 1921, tahun KA XIV, Bagian No. 2 menelurkan sebuah artikel khusus
tentang Islam. Persoalan ini diangkat karena para pengkaji theosofi
ingin mendudukan makna ajaran Islam seutuhnya.
Di majalah mingguan milik aliran kebatinan Yahudi tersebut,
dijelaskan bahwa kali pertama kekeliruan sebagian kalangan dalam
memaknai Islam, terjadi ketika menafsirkan nama Allah. Hal ini berimbas
pada reduksi manusia dalam memahami sifat-sifat Tuhan. Menurut Majalah Pewarta Theosofi, di balik lafaz Allah / الله
tersembunyi kekuatan alam yang begitu menakjubkan. Sifat-sifat Allah
terebut sudah melekat di dalam nama Allah sendiri berupa unsur-unsur
alam seperti Api, Angin, Air, dan Bumi.
Bagaimana maksudnya? Jika diterjemahkan lebih detail, rincian
huruf-huruf hijaiyah dalam lafaz Allah terdiri dari Alif, Lam awal, Lam
akhir, dan Hha. Dalam catatan Pewarta Theosofie yang berjudul “Hal Agama
Islam”, huruf-huruf tersebut memiliki kesinambungan dengan empat
kekuatan alam tersebut. Ketika dipasangkan huruf per huruf, maka
masing-masing bagian dalam lafazh Allah memiliki kekuatan tersendiri,
yakni Alif sebagai Api, Lam awal sebagai angin, dan Lam akhir adalah
air, dan Hha serupa dengan bumi.
Majalah yang banyak mengajarkan kesatuan agama-agama ini melanjutkan
bahwa menurut hakikat Islam dan Geheime Leer (Kitab Suci Hindi), maka
sifat empat tersebut muasalnya berasal dari sifat tiga. Sifat tiga ini
diambil dari Tasydid pada lafaz Allah الله yang berarti tiga cahaya
berupa matahari, angin, dan air. Ketiga hal tersebut juga memiliki arti
Yang Mengadakan, Yang memelihara, dan Yang membinasakan.
Tidak hanya berhenti pada problematika lafaz Allah, perkara
keganjilan menafsirkan Islam lainnya menyeruak. Pada halaman 20, majalah
pewarta theosofi meletakkan shalat pada urutan pertama dalam rukun
Islam, sedangkan syahadat sendiri berada pada urutan kedua. Agak aneh
dan ganjil, karena dalam Islam, syahadat adalah pintu pertama seseorang
dikatakan muslim. Namun bisa jadi ini dapat dimaklumi, sebab dalam theosofi, mereka
tidak lagi mengenal pembedaan antara satu agama dengan agama lainnya
dalam prinsip akidah.
Majalah “Pewarta Theosofi” dicetuskan saat Kongres Theosofi di
Bandung. Kala itu jumlah anggota Theosofi berjumlah 445 orang. Terdiri
dari 271 Belanda, 157 Bumiputera, dan 17 Cina. Tujuannya menyebarkan dan
memberitakan usaha meneguhkan persaudaraan diantara agama-agama.
Pada tanggal 15 April 1912, berdirilah Nederlandsch Indische
Theosofische Vereeniging (NITV), yang diakui secara sah sebagai cabang
Theosofi ke-20, dengan Presidennya D. van Hinloopen Labberton. Tahun
1915, dalam Kongres Theosofi di Yogyakarta, jumlah anggotanya sudah
mencapai 830 orang (477 Eropa, 286 bumiputera, 67 Cina). (Pz/Islampos)