Syahadat on the road - Kerontokan dasar kendali logika
terekam jelas di sudut pikiranmu. Lambaikan pesoka keangkuhan bertabur
kelemahan. Sedari dulu logika terpakai, sedari dulu pertentangan memulai.
Menghamba keras pada akal fikiran. Mengabaikan indahnya pesona alqur’an. Yang
menjadi pedoman. Pada relung hati kesatria pengembara kehidupan.
Maka kau tak ragu
meng-oposisi-kan diri. Dengan dalih kebebasan. Kau cela setiap untaian hakikat
agama yang tergambar pada kejadian nyata. Meradang engkau saat kekuasaan Qur’an
bersanding pedang menguasai nusantara. Kalap engkau melihat kejayaan islam
menjadi pijakan. Kau tersungkur saat
cahaya hidayah menyapa hamba dikala pagi dan petang. Dengan harap yang semu,
kau coba mainkan lidahmu. Tak perduli seberapa keras kritikan menghampiri. Kau
terus tegar menghadapi. Tak perduli sekian juta orang melihat, kau tetap kalap
bermain di naungan logika liberalmu atas agama ini. kau bilang “Semua Agama
Sama !!”.
Dan keturunan dinasti itu pun
berlanjut. Kaderisasi penghias katalog
kerusakan terus berganti. Banyak yang tertarik karena tipu daya hasutan
lidahnya. Banyak kaum muda tak berdaya melawannya. Karena memang ia sangat
dekan dengan kesenangan. Kesenangan akan kebebasan. Kebebasan yang justru
memasung kebebasan kita. Tampak ia indah. Namun yang terjadi ia lihai membuat
indah. Ia bak bunga bangkai, indah namun menyesakkan hidung. Akhirnya setiap
bunga bangkai baru pun bermunculan
dengan warnanya dan baunya masing-masing. Ya istilah bau lebih tepat ketimbang
aroma. Karena jelas ia bau. Membuat bau ajaran agama Islam ini. bunga bangkai
pertama berujar “Acapkali saya berfikir, memnuja matahari itu jauh lebih
penting dari memuja selainnya. Dia selalu memberi kita pagi yang indah”. Bunga
bangkai yang lain berujar “jilbab itu kan kayak swimswit, pakaian yang bersifat
situasional. Segampampang ini kok gak paham”. Beragam konsipirasi hendak
berkuasa. Lewat liberalisme. Lewat kebebasan tanpa batas. Yang mengatasnamakan
keunivesalan. Namun hidup dalam eksklusivitas tingkat tinggi.
Maka fikiranmu adalah nostalgia.
Dari kenangan busuknya perlawanan saat hidupnya Rasulullah teladan. Maka
sikapmupun nostalgia. Dari kebencian munafiq dari setiap jengkal perjuangan.
Maka langkahmu pun nostalgia. Dari dari sesatnya langkah syaitan dalam nafsu
angkara.
Tolak Liberalisasi Agama. Tolak
Jaringan Islam Liberal. Tolak Liberalisme. Karena hakikat kehidupan ada pada Al
Qur’an dan Sunnah Rasul teladan. Allahu Akbar.